Posted by: aripmuttaqien | August 12, 2008

Siapakah yang Akan Menjadi Pemimpin Nasional pada Dekade Mendatang?


Beberapa hari lalu, tepatnya Selasa, 5 Agustus 2008, saya menjadi moderator dalam sebuah sesi diskusi. Acara diskusi sendiri diisi oleh Anies Baswedan (Rektor Univ Paramadina) dan Emza Moh Nur (Malaysian, anggota UMNO). Sesi diskusi ini merupakan bagian dari program Pendidikan Kepemimpinan Nasional (PKN) yang diadakan oleh Program Pembinaan SDM Strategis Nurul Fikri. Sebuah program beasiswa kepemimpinan untuk mahasiswa universitas pilihan.

Satu hal menarik yang dibicarakan dalam sesi diskusi itu adalah tentang kepemimpinan nasional. Dengan mencoba membagi periode perjalanan bangsa berdasarkan rentang waktu, maka perjalanan bangsa dapat dibagi menjadi periode pergerakan pra kemerdekaan, perjuangan kemerdekaan dan perjuangan mengisi kemerdekaan.

Mari kita berpikir. Ketika jaman mulai perjuangan pergerakan menuju kemerdekaan. Perjuangan yang di ikuti oleh penggerak intelektual, seperti Syarikat Islam, Budi Utomo, dan berbagai organisasi lainnya. Penggagas pergerakan ini banyak didominasi oleh elit-elit yang menikmati pendidikan bermutu. Selanjutnya, para penggagas, pelopor dan penggerak jaman tersebut akhirnya menjadi penerus sebagai pemimpin Indonesia ketika masih bayi. Periode mereka memimpin adalah ketika tahun 1945-1960an.

Periode berikutnya adalah tahun 1960-an hingga 1980an. Sebagian besar pemimpin pada periode ini berasal dari mereka yang berjuang berperang dan berdiplomasi merebut kemerdekaan. Pemuda yang pada saat pergolakan kemerdekaan tidak memiliki andil dalam pergerakan mempertahankan kemerdekaan, jangan harap bisa menjadi pemimpin di negeri ini. Artinya, dominasi militer kuat dalam periode kepemimpinan Indonesia saat ini.

Periode berikutnya adalah tahun 1990an, dimana banyak pemimpin didomininasi oleh mereka yang ikut berjuang tahun 1960. Mereka adalah aktivis yang ikut menumbangkan kekuasaan orde lama.

Periode berikutnya adalah tahun saat ini, yaitu era reformasi, dimana banyak pemimpin yang didominasi oleh mereka yang mantan aktivis era 1980an dan 1990an.

Jadi, seandainya saya masuk akademi militer ketika lulus SMA, keadaan sudah sangat berubah. Bisa jadi saya baru masuk dalam posisi strategis 20 tahun kedepan, dimana peran militer pada 20 tahun kedepan akan berbeda jauh dengan peran militer era orde baru.

Bagaimana dengan prediksi selanjutnya? Kembali ke awal, seperti apa pemimpin itu? Pemimpin yang dimaksud disini adalah mereka yang berada dalam tataran perumus kebijakan publik. Kedepan, kemungkinan besar adalah para professional dan businessman.

Jaman sekarang, kalau berpikir memang tidak akan berhasil tanpa modal. Masuk ke politik, tentu saja butuh modal besar. Pada saat ini, seorang pengusaha tentu saja lebih mudah untuk mencalonkan diri dalam Pilkada dibandingkan mereka yang berlatar belakang militer.

Sekali lagi, ini bukan masalah pragmatis. Namun terlihat memang tren-nya seperti itu.

Saya jadi ingat ada sebuah pepatah dari Minang. Jika engkau pintar, jadilah pengusaha dan jika engkau setengah pintar, jadilah pegawai. Ada pepatah baru. Jika ingin jadi pemimpin di negeri ini, jadilah pengusaha.

Wassalam

Arip Muttaqien


Leave a comment

Categories